Kota kecil di Banyuwangi
Kota dengan Seribu Kenangan Kota Genteng
Penuh makna yang ditinggal dan dibungkus di sebuah wadah dimasukan dalam pikiran dan akan terkenang terus sampai akhir hayat. Bagaimana caranya menyapu pikiran itupun aku tak tau, yang jelas kota ini meskipun kecil tetapi kenangannya adalah yang paling mahal. Dibalik ramainya kota kecil ini terdapat perkembangan yang juga membarenginya, pasar genteng adalah tempat yang paling sering dikunjungi. Apa yang dipikir kita pasar adalah tempat yang kotor tapi tidak dengan pasar genteng.
Kota genteng juga mempunyai suatu yang berbeda dari kecamatan lain di banyuwangi, yang berbeda adalah di genteng mempunyai sebuah mall dan toko swalayan yang cukup besar dan selalu ramai. Genteng memang selalu ramai, tidak heran karena kota ini adalah gerbang transanksi barang barang yang dari jember atau dari kota besar di jawa. Jadi ada yang bilang “kalau mau ke banyuwangi kota harus manjat genteng dulu” kata kata ini sering digunakan orang orang banyuwangi untuk membanyol tapi memang benar adanya.
- SEJARAH KOTA GENTENG
Ada dua versi yang berkembang dalam penamaan Kecamatan Genteng. Versi pertama menyebutkan bahwa nama Genteng sendiri berasal dari kata Ganteng yang dulu nama dari seorang Pangeran atau tokoh terkemuka di wilayah itu. Dari cerita yang berkembang, Pangeran Ganteng ini merupakan sosok pahlawan yang gigih mengajak masyarakat waktu itu berperang melawan pemerintah kolonial Belanda pada zaman penjajahan. Gugur dalam suatu peperangan, pengikutnya lantas memakamkan tokoh ini sebuah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Dusun Krajan yang berada di Desa Gentengwetan dan hingga sekarang masih bisa ditemui. Karena pengucapannya, akhirnya kata "Ganteng" yang merujuk pada sang Pangeran akhirnya menjadi "Genteng" dan dipergunakan hingga sekarang menjadi nama kota.
Versi kedua menyebutkan bahwa nama Genteng dihubungkan dengan keberadaan sentra industri gendeng/genteng (atap dari tanah liat yang di bakar) di daerah tersebut pada masa lalu. Bahkan sampai tahun 1980-an industri genteng ini masih ada dan memiliki pasar di lingkup lokal dan kota – kota lain, dan salah satu pabrik besar yang saat ini masih bisa dilihat walaupun hanya reruntuhan bangunannya adalah Pabrik Genteng Karang Pilang yang letaknya di Jl. KH. Hasyim Asy'ari tepatnya di RW. 12 Dusun Krajan desa genteng wetan.
Kota genteng mempunyai wilayah yang tidak terlalu besar seperti kota banyuwangi tetapi ramainya kota genteng tidak kalah dengan banyuwangi kota. Ada yang bilang genteng adalah kota pelajar itu tidaklah salah karena genteng mempunyai banyak sekali intansi pendidikan yang layak diperhitungkan. Bahkan sekolah SMA di genteng selalu masuk dalam 5 besar sekolah dengan nilai UN tertinggi, adapun SMP favorit di genteng adalah Smpn 1 genteng begitu juga SMA favorit di genteng ialah Sman 1 genteng.
Genteng mempunyai 5 desa dalam wilayahnya antara lain:
1. Genteng kulon
Genteng kulon adalah pusat keramaian pada saat malam hari karena banyak anak muda untuk sekedar nongkrong di alun alun genteng. Banyak tempat nongkrong di genteng kulon yang bagus di singgahi. Banyak toko toko dan pasar genteng kulon yang ada dan buka untuk dibeli.
2. Genteng wetan
Genteng wetan mempunyai pasar yang paling ramai di genteng dan dulu bapak presiden joko widodo pernah mampir ke pasar ini, sebelumnya memang pasar ini masih kurang bagus untuk dikunjungi tapi setelah datang nya bapak presiden ke pasar genteng wetan, lalu ada berbagai perbaikan yang sekarang merubah tampilan pasar ini. Genteng wetan juga terdapat masjid genteng baiturohman masjid yang paling besar di kota genteng.
3. Kaligondo
4. Kembiritan
5. Setail
Genteng berada di tengah tengah kabupaten banyuwangi jadi untuk masyarakat genteng yang ingin ke pantai harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam ke pantai banyuwangi selatan, atau ke pantai banyuwangi utara yang hampir sama yaitu menempuh sekitar 58 menit. Ada karnaval tahunan yang biasa digelar untuk memperingati hari kemerdekaan indonesia yang biasa disebut agustusan, ada gerak jalan, karnaval seni dan adat.
Khusus makanan khas, selama ini masyarakat Genteng hanya merujuk pada masakan ayam yang berkuah sangat pedas di warung milik Rantinem. Berada tepat di sebelah timur terminal lama atau belakang kantor pos, ayam pedas Ratinem ini setiap harinya ramai dikunjungi tamu yang sebagai besar adalah pelanggan setia. Bahkan ketika liburan, warung ini menjadi jujugkan bagi pelanggan yang berasal dari luar kota yang sengaja datang. (sekarang berpindah tempat di dalam terminal lama)
- BAHASA
Bahasa adalah percakapan digunakan untuk komunikasi satu sama lain yang diucapkan ke satu mulut masuk ke pendengaran seseorang. Bahasa di genteng mayoritasnya adalah bahasa jawa ngoko mataraman yang sudah bercampur dengan basa osing dan jawa timuran. Karena memang mayoritanya adalah orang mataraman bahasa nya sedikit lebih halus jika diandingkan basa jawa timuran. Sedangkan masyarakat Osing, yang merupakan suku asli Banyuwangi, menempati sebagian besar desa yang berada di sisi timur kecamatan, terutama Kembiritan dan sebagian kecil Desa Genteng Wetan.
Basa jawa dialek Genteng/banyuwangi selatan mempunyai kata kata terselip yang orang jawa biasanya tidak mengetahui artinya, Antara lain Terahe/trahe artinya adalah memang atau jika dalam jawa biasanya adalah pancen, dan kata “keju” atau dalam arti adalah pegel/capek semua badannya atau jika di jawa biasanya adalah kesel, adapun “moro-moro” atau dalam arti adalah tiba tiba muncul tapi juga memakai “tibakne” atau dalam arti tidak terduga duga ada.
Orang jawa di banyuwangi selatan juga sedikit berbeda dengan jawa di surabaya dan malang,di banyuwangi selatan bahasanya yang masih sama dengan bahasa di daerah jawa selatan/daerah mataraman.
Orang banyuwangi selatan masih memakai kata “piye” terkadang diberi imuhan “seh” atau “to”, ada kata “bariki,barene” yang masih dipakai tapi jika mengatakan selesai mereka tetap menggunakan kata “mari”, “panggah/tetep” yang dari bahasa jawa selatan masih dipakai, masih ada “ben/bene/beno” jika di basa jawa arek adalah “cekno” Serapan dari bahasa arek antara lain adalah “gak” jika dilihat di banyuwangi bagian utara tidak itu malah “osing”, adapun kata “ae” jika di osing adalah “byaen”, untuk penggunaan kata anak anak tetap “arek arek”.
Di banyuwangi bagian selatan jarang yang memanggil dengan sebut “kowe/kamu” karena biasanya digunakan pada saat marah atau dalam kata lain panggilan kata kamu yang kasar. di sini biasa menggunakan “awakmu/amu” tapi juga masih ada beberapa yang memakainya, Dan juga ada yang memakai kata kata khas jawa arek yaitu “koen”
Banjoewangie, 08 juni 2017
Komentar
Posting Komentar
Pecahkan saja Gelasnya biar ramai